Mengenal Alexitimia Lewat Buku Almond Karya Sohn Won-Pyung

Teknokra.id - Almond karya Sohn Won-Pyung, seorang wanita kelahiran Seoul, Korea Selatan. Sohn Won-Pyung sendiri merupakan seseorang yang telah menoreh beberapa prestasi sebagai kritikus, director, penulis skenario film, dan penulis novel. Almond merupakan karya perdananya sebagai seorang penulis novel.

Novel asal Korea Selatan ini telah diterbitkan dengan terjemahan Indonesia oleh penerbit Grasindo pada tahun 2019 lalu. Buku berjudul Almond tersebut terbagi menjadi 4 episode yang dibagi kembali menjadi 75 bagian pendek dan mengambil penulisan dengan sudut pandang orang pertama. Almond juga telah menjadi salah satu buku Grasindo yang berlabelkan best seller.

Mengenal Alexitimia Lewat Buku Almond Karya Sohn Won-Pyung

Buku ini mengisahkan kehidupan seorang pemuda pengidap Alexitimia. Alexitimia merupakan sebuah penyakit kejiwaan yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1970-an. Penderita alexitimia biasanya memiliki ketidakmampuan untuk mengungkapkan suatu emosi. Walaupun bukan termasuk kedalam kondisi yang berbahaya, penderitanya dapat mengalami masalah dalam hubungan sosial maupun hubungan intrapersonalnya. Buku ini dituliskan berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa kondisi penderita alextimia dapat membaik jika terus dilatih.

Cerita dalam novel ini dibuka dengan mengenalkan seorang anak laki-laki pengidap Alextimia yang tinggal bersama Ibu dan Neneknya. Anak laki-laki bernama Seon Yoonjae yang memiliki amigdala berukuran kecil itu selalu menimbulkan kecemasan ibunya. Sebagian besar dari awal cerita menunjukkan kedekatan di antara ketiga tokoh tersebut dan bagaimana ibu Yoonjae bersikeras mengajarkan Yoonjae berbagai macam perasaan yang sulit ia mengerti. Namun, suatu peristiwa penting pun terjadi dan membuat tokoh Yoonjae bertemu dan berinteraksi dengan berbagai macam tokoh baru dalam hidupnya.

Mengutip narasi Yoonjae dalam cerita, “Aku pikir mungkin mereka semua menyangka bahwa perasaanku akan menjadi sedih atau kesepian dan suram. Namun, hanya ada pertanyaan–pertanyaan yang muncul dalam benakku”. Tokoh Yoonjae yang digambarkan semakin kesulitan untuk mengerti perasaan atau makna tersirat dari orang orang disekitarnya langsung menemui berbagai macam kesulitan, terutama di kehidupan sosialnya.

Perkembangan karakter Yoonjae mulai nampak pesat saat adanya kemunculan tokoh Gon, anak seusianya yang selalu tampak berbuat onar dan temperamen. Selain menjadi tokoh penting dalam perkembangan karakter Yoonjae, pergesekan antara kedua sifat tokoh remaja lelaki yang bertolak belakang inilah yang membuat cerita terasa semakin menarik. Tokoh Gon yang keras dan sangat ekspresif menimbulkan banyak pertanyaan dalam diri Yoonjae yang nantinya dapat kita lihat dan pikirkan bersama dengan mengintip pemikiran Yoonjae. 

Secara keseluruhan, Almond merupakan novel yang sangat menarik untuk dibaca setidaknya sekali, terutama untuk penikmat buku novel. Ceritanya yang mudah dicerna dan dibungkus dalam 75 bagian pendek yang sangat membantu para pembaca agar dapat tetap fokus dengan cerita yang disuguhkan. Ditambah lagi, terjemahan bahasa Indonesia yang sangat baik dari Suci Anggunisa Pertiwi yang tidak terasa canggung dan mudah dimengerti saat dibaca.

Walaupun secara sekilas buku ini nampak seperti sebuah novel psikologis dengan alur cerita yang berat, isi dari buku ini sangat ringan. Dengan cerita yang ringan, para pembaca dapat menikmati perkembangan hubungan antara karakter Yoonjae dengan Gon dan perkembangan dari cara pemikiran Yoonjae. Selain itu, pembaca dapat lebih mempelajari mengenai penyakit kejiwaan yang masih belum begitu populer di masyarakat Indonesia serta menambah perspektif baru akan pemikiran seorang pengidap Alexitimia (Penulis: Ega Literian Lisba).

Almond | 2019 | Penulis: Sohn Won-Pyung | Penerjemah: Suci Anggunisa Pertiwi | Penerbit: Grasindo |Jumlah halaman: 222 halaman.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel