Resensi Film Pengepungan di Bukit Duri: Kilas Balik 1998 dalam Bayangan 2027

Tek.id- Halo sobat Teknokra! Film Pengepungan di Bukit Duri membawa penonton flashback ke sejarah yang terjadi pada tahun 1998. Film ini mengangkat peran laki-laki yang mendapat amanah dari kakaknya untuk mencari anaknya di sebuah sekolah di Jakarta Timur.

Youtube: Pengepungan dibukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri menceritakan tentang kilas balik tragedi yang terjadi pada tahun 1998, namun berlatar di masa depan, yaitu tahun 2027. Berisi adegan kekerasan, kehancuran, dan kematian, film ini menggambarkan dengan jelas bagaimana situasi kericuhan pada masa itu, sehingga membuka mata penonton terhadap sejarah yang gelap. 

Tokoh utama dalam film ini adalah Edwin. Dalam adegan kilas balik saat ia masih SMA, Edwin menyaksikan sendiri kakaknya diperkosa  oleh sekelompok orang pribumi hanya karena mereka berdarah Tionghoa. Kejadian itu menjadi trauma mendalam yang membentuk karakter Edwin hingga dewasa. Di masa depan, tepatnya tahun 2027, Edwin menjadi seorang guru yang hidup penuh kehati-hatian karena kesenjangan etnis masih sangat kuat. Ia sering memakai topi untuk menutupi identitas aslinya agar tidak menarik perhatian dari kelompok mayoritas.

Dalam filmnya, saat ini, Edwin bekerja sebagai guru seni di sebuah SMA di Jakarta Timur. Namun, profesi itu bukan misi utama,  misi utamanya yaitu mencari keponakannya yang merupakan anak dari kakaknya yang sudah meninggal. Sebelum meninggal, sang kakak sempat berpesan dengan napas terakhir, "Lo harus cari anak gue." Sejak saat itu, Edwin merasa bertanggung jawab sebagai satu-satunya keluarga yang tersisa.

Edwin telah menjelajahi hampir seluruh SMA di Jakarta Timur, hingga akhirnya tiba di SMA Duri, sebuah sekolah yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya siswa-siswi nakal dan berandalan. Sayangnya, pencariannya tidak membuahkan hasil karena ia sama sekali tidak tahu siapa atau seperti apa identitas keponakannya. Ketidakpastian ini membuat Edwin merasa terjebak dan bingung, sementara di sisi lain, keberadaannya justru menimbulkan kecurigaan dari para murid.

Konflik memuncak ketika Edwin harus berhadapan dengan Jefri dan kawan-kawan, sekelompok murid yang memiliki kebencian mendalam terhadap etnis Tionghoa. Mereka dikenal kejam dan tidak segan-segan membunuh dengan sadis, termasuk mengincar Edwin yang mulai dicurigai sebagai keturunan Tionghoa. Dari sinilah ketegangan dalam film semakin terasa, membuat penonton terus terpaku pada alur cerita.

Secara keseluruhan, Pengepungan di Bukit Duri adalah film yang penuh ketegangan, konflik etnis, dan kekerasan yang membuat penonton penasaran hingga akhir. Film ini tidak hanya menyajikan aksi dan drama, tetapi juga membawa pesan sosial yang kuat tentang bahaya diskriminasi (Penulis: Ilham Bintang).