Telnokra.id - "Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan." Soe Hok Gie
Seperti itulah kata seorang
aktivis yang melakukan perlawanan ketika masa peralihan orde lama ke orde baru,
kata-kata tersebut seharusnya menjadi suatu dorongan untuk cara berpikir orang
di zaman sekarang dengan sistem dan susunan yang terus menerus tidak berkembang,
hal itu karna selalu di doktrin oleh pikiran yang tidak didasari dengan prinsip
dan cara berpikir sendiri.
Situs World Population Review membagikan informasi terkait kecerdasan intelektual atau Intelligence Quoitient (IQ), Indonesia berada di peringkat 127 dari 197 negara yang diuji bisa dibilang Indonesia masih di peringkat terendah dengan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang memiliki IQ yang rendah, lantas mengapa? Indonesia bisa dibilang mengalami hal yang bisa disebut kemunduran berpikir saat ini dipengaruhi beberapa faktor, simak selengkapnya dibawah ini!
1. Logika Mistika
Logika mistika yang diperkenalkan
Tan Malaka di dalam bukunya yang berjudul “Madilog”, menurutnya berpikir
menggunakan logika mistika merupakan tradisi dan budaya yang menekankan cara
berpikir yang hanya menggunakan prasangka tanpa ada keasliannya atau
keberadannya hal itu yang menghambat cara berpikir yang mempengaruhi kemajuan
Indonesia. Ia juga berpendapat cara berpikir tersebut tidak rasional karna
manusia tidak dapat mengembangkan pemikirannya lagi dan selalu mengaitkan
dengan hal mistis.
Indonesia terkenal dengan hal
mistis nya yang sangat kental, karena disaat cara berpikir tersebut dipakai dan
dianggap hal yang biasa individu maupun kelompok tersebut akan menjadi
kebiasaan (habit) yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya
saja yang terjadi sekarang agama bukan lagi dijadikan patokan atau filsafat
dalam berpikir malah dijadikan senjata yang akhirnya orang-orang pemerintah
menggunakan hal itu sebagai alat untuk menjadikannya pedang politik.
Sehingga Indonesia menjadi negara pengidap Skizofernia nomor 1 didunia karna logika mistika yang masih kuat, hal itu disebabkan karena pikiran sendiri akan menciptakan gambaran dan juga doktrin bahkan dapat menciptakan entitas yang tidak berwujud karna pengaruh pemikiran dari individu tersebut.
2. 2. Termakan Doktrin Atas Nama Keluarga
Cara ini biasanya bisa kita
jumpai di suatu lembaga atau organisasi maupun lingkungan pendidikan dalam hal
orientasi atau pengenalan lingkungan pendidikan, doktrin keluarga dipakai untuk
menghambat cara berpikir seseorang, karena entitas keluarga bersifat kuat dan
juga termasuk kata yang sangat sakral karena mengandung banyak hal yang
bersifat emosi didalamnya.
Doktrin atas nama keluarga akan
menghambat cara berpikir seseorang karena akan mengandalkan hal yang bersifat subjektif
sedangkan cara berpikir objektifnya tertinggal, memang benar cara
berpikir subjektif juga bagus untuk diterapkan untuk di kondisi tertentu
tetapi jika tidak diimbangi dengan hal yang objektif maka seseorang tidak
akan berpikir dengan lurus lagi.
Doktrin ini sangat ampuh
contohnya saja politik yang digunakan di kampus, kita ambil contoh kasus permira
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung (Unila) yang melambung
hingga 2000 lebih suara tanpa tahu dari mana asal suaranya, pada saat itu
banyak yang pro maupun kontra dengan hal tersebut, tetapi dengan nalar yang
berjalan tidak masuk akal namun, orang yang berada dari lembaga yang sama atau
perkumpulan yang sama akan membela dengan alasan orang yang mencalonkan diri
adalah keluarga tanpa memikirkan nasib individu itu sendiri. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya akun buzzer yang membela calon di akun media yang
mengangkat isu tersebut.
Begitu bahayanya doktrin karena hal
itu akan seperti racun yang berawal dari satu orang yang hanya memikirkan
pendapat secara subjektif akan menciptakan lingkungan yang membuat
doktrin itu berjalan sehingga ketika terjun langsung ke masyarakat luas menjadi
suatu kebiasaan yang di bawa dengan mengatas namakan keluarga.
3. 3. Doktrin malas
Doktrin malas, malas disini
memiliki makna yang luas karena hal ini menjadi dalam ketika membahas masalah
dokrin, dalam kekristenan kemalasan
masuk sebagai salah satu dari tujuh dosa besar. Dalam islam pun malas merupakan
salah satu cara mengukur tingkat kedisiplinan seseorang. Bisa dibilang malas
adalah ibu dari berbagai dosa karena semua hal dimulai dari malas akan
menciptakan hal buruk yang lain terjadi.
Bagaimana jika malas dijadikan
doktrin, doktrin adalah cara yang dipakai oleh orang-orang politik dan
birokrasi sekarang yang membiarkan masyarakat agar melayani mereka dengan cara
memakai logika ataupun argumen yang tidak bisa dipatahkan dengan Public
Speaking yang bisa mempengaruhi pemikiran seseorang karna bahasa dan pemakaian
kata yang tidak dipahami pendengar.
Kalau kita bercermin sekarang
hanya beberapa orang yang bisa naik ke ranah politik yang tidak memiliki latar
belakang keluarga maupun kenalan politik, karena saat ini kita dibiarkan
menjadi malas bahkan di doktrin malas hanya untuk orang di sisi mereka berhasil
maju, seperti di buku animal farm karya George Orwel di mana seekor babi
menipu semua hewan ternak hanya untuk kerakusan kekuasaan dengan pendapat dan
pembelaan yang membuat hewan-hewan merasa di muliakan tetapi yang terjadi sebenarnya
mereka hanya dimanfaatkan.
Itulah beberapa hal yang melatar
belakangi cara berpikir masyarakat saat ini, begitu miris ketika orang-orang
yang berpengaruh saja yang dapat menyetir kita, ibarat ikan yang hidup di kolam
kita tidak pernah tahu jika ada lautan yang lebih luas daripada kolam tempatnya
tinggal sekarang, mungkin itu juga yang membuat pendidikan di Indonesia tertinggal
karena SDM yang belum siap berpikir secara kritis.
seperti saat kita memahami atau
menaati suatu agama harus memakai logika supaya menambah keyakinan dalam
beribadah, dengan kata “afalā ta’qilūn” yang artinya “Apakah kamu
tidak mengerti?” yang secara tidak langsung Tuhan menyuruh kita menggunakan
akal sehat kita untuk mengolah suara, kata, informasi, maupun bahasa agar dapat
mengerti tujuan informasi yang disampaikan.
Sejatinya cara berpikir
bangsa ini masih berpikir dengan cara yang salah alih-alih mereka menjadi orang
yang kritis tetapi malah terjebak dengan kesalahan berpikirnya. Bersyukurlah
kalian tinggal dengan bangsa ini karena hanya sedikit perbedaan atau sedikit
pintarnya suatu individu sudah bisa membuat individu itu menjadi yang paling
unggul.
Seperti ikan yang tidak butuh air untuk hidup mereka melompat keluar dari air seolah-olah paling tahu didaratan dengan pikiran seadanya. Itulah beberapa hal terkait logika berpikir yang dapat Sobat Mintek pelajari saat ini, barangkali tulisan diatas bisa menambah pemahamanmu. Nantikan terus artikel-artikel menarik lainnya hanya di Teknokra.id (Penulis: Putra Alam Apriliandi).